Seorang pencinta alam yang tergabung dalam Komunitas Pegiat Arung Jeram di Solo, Anjang Pratama, mengatakan cuaca ekstrem tak jadi masalah untuk melakukan susur sungai. Menurutnya, untuk berpetualang di sungai, masalah cuaca sebenarnya bisa diatasi selama memiliki perencanaan. Perencanaan tersebut termasuk dalam hal memahami medan yang akan dilalui serta menyiapkan unsur penunjang keselamatan.
"Contoh, sungai itu pas musim penghujan ketinggian air cumatiga meter,nah itumisalkan di tempat itu (berdasarkan) informasi orang yang paham medan,tiga meter masih batas aman, masih bisa dilalui selama musim hujan, itu artinya kegiatan masih bisa dilakukan," sambungnya. "Menciptakan batas aman seperti itu, mereka harus punya wawasan, keilmuan tentang sungai," tambahanggota Komunitas Rafter Solo Raya itu. Sementara itu, Anjang mengatakan, jika berdasarkan survei sebelum kegiatan dinyatakan ketinggian air akan membahayakan keselamatan peserta susur sungai, maka sebaiknya peserta tidak nekat melakukannya.
"Selama kita itu memahami medan dan ada unsur penunjang keselamatannya, saya pikir nggak masalah sih," tutur Anjang. Menurut Anjang, alat penunjang keselamatan masuk dalamstandard operating procedure (SOP). ContohSOP, Anjang menyebutkan, ketika masuk sungaipeserta harusmemakai pelampung dan helm.
Selanjutnya, cukup atau tidaknya panitia dalammem backup pesertajuga diatur dalam SOP. "Kasarannya kalau yang berkegiatan 250, panitia hanya 15 orang, itu pasti kualahan, nggak mungkin bisa menyelamatkan secara ideal," kata Anjang. "Maka dari itu,SOP penting karena itu jadi unsur penunjang keselamatan," sambungnya.
Dengan memahami medan dan memiliki unsur penunjang keselamatan, Anjang menuturkan, hal itu juga dapat untuk mengantisipasi jika terjadi banjir bandang. Selain itu, sebelum melakukan susur sungai, Anjang pun menyarankan untuk mendengarkan informasi dari orang orang yang tinggal di sekitar lokasi. "Carilah local wisdom di situ, cari orang yang tahu medan yang akan kamu pakai kegiatan," kata Anjang.
Local wisdom kan sebenarnya pengalaman masyarakat mengamati medan itu dan masyarakat sekitar situ yang paling mengerti," lanjutnya. Anjang menambahkan, saat ini, berkegiatan di alam bebas sebenarnya lebih mudah karena teknologi dan informasi berkembang cepat. "Informasi itu juga penting, toh sekarang BPBD, Basarnas, Linmas, itu informasi terbuka banget, saya merasakannya sendiri," tutur Anjang.
Menurut Anjang, berpetualang merupakan hal yang menyenangkan namun tak boleh diremehkan. Anjang mengatakan, sungai merupakan medan yang dinamis dan tidak dapat ditebak. Ia pun mengakui sungai memiliki banyak potensi bahaya.
Oleh karena itu, unsur penunjang keselamatan sangat dibutuhkan saat melakukan kegiatan di sungai. "Sebenarnya inti utama di situ adalah jangan sampai kita berkegiatan di sungai itu membuka ruang untuk datangnya potensi bahaya," kata Anjang. "Maka dari itu, harus adapenunjangnya seperti peralatan dan informasi dari sejumlah pihak terkait," lanjutnya.
Menurut Anjang, dalam berkegiatan di sungai, yang medannya begitu dinamis, berkoordinasi dengan pihak pihak yang mampu memberikan informasi tentang keadaan sungai menjadi hal yang sangat penting. Hal itu dapat untuk mengantisipasi datangnya bahanya. "Kalau sekalisaja kita membuka ruang kesalahan di medan yang berisiko tinggi, itu pasti hukumannya nggak ada kompromi soalnya yang menghukum alam," kata Anjang.
"Mau kaya, mau miskin, kalau kamu membuka kesalahan di medan yang jelas risikonya tinggi itu sama saja mengundang kecelakaan," sambungnya. "Kalau ngomongin soal informasi medan, saya kira stakeholder sekarang tentang masalah kebencanaan ataupun peringatan dini itusemestinyasemua udah tahu," tambahnya. Anjang menegaskan, kegiatan susur sungai yang dilakukan secara asal asalan sangat berisiko mendatangkan kecelakaan.
"Sistem kegiatan di lapangan seperti apa,ini termasuk dalam informasi kesiapan, peralatan, sampai rencana turun ke medan itu mau melakukan teknik penyusuran seperti apa itu harus dipikirkan," terang Anjang. Anjang menambahkan, berpetualang memang sangat baik untuk membentuk karakter. "Berpetualang itu bagus, membentuk karakter masyarakat, tapi ya kalau bisa harus punya intelektualitas untuk melakukan kegiatan itu," kata Anjang.
Sebelumnya, kegiatan susur sungai yang dilaksanakan anggota pramuka SMP Negeri 1 Turi pada Jumat (21/2/2020) berujung duka. Sebanyak 249 siswa SMP Negeri 1 Turi dikabarkan hanyut dalam kegiatan susur sungaidi Sungai Sempor, Sleman. Berdasarkan siaran pers terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY pada Sabtu (22/2/2020) pukul 11.45 WIB, sebanyak 9 siswa dinyatakan meninggal dunia dalam kejadian ini.
Sementara, 23 siswa mengalami luka luka, 216 siswa selamat, dan 1 siswa lainnya belum terkonfirmasi. Diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, mengungkapkan saat 249 siswa terjun ke sungai, lokasi tersebut belum diguyur hujan. Akan tetapi, rupanya telah terjadi hujan di hulu.
Sejumlah siswayang sedang melaksanakan susur sungai punhanyut akibat terseret arus air yang sangat deras itu. Akibat kejadian ini, polisi menetapkan satu orang berinisial IYA sebagai tersangka dalam tragedi susur sungai siswa SMP Negeri 1 Turi Sleman. Dilansir dari , tersangka merupakan pembina Pramuka sekaligus guru SMP Negeri 1 Turi.
"Sampai dengan saat ini, kita sudah melakukan pemeriksaan kepada paling tidak ada 13 orang," ujar Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombes Yuliyanto, Sabtu (22/2/2020).